MEI
(Terlahirnya Sang Pena Keajaiban)
Terlahirnya sang pena keajaiban. Sebuah sebutan untuk dia yang selalu sabar dalam menunggu sebuah penantian, bagaimana bisa kamu setabah ini? Memilih pura-pura tak mengetahui segalanya. Apa yang sebenarnya engkau harapkan darinya? "TIDAK ADA". Tegas jawabnya. Katanya level tertinggi dalam mencintai seseorang adalah mencintai tanpa harap. Mereka hanya bertugas untuk mencintai dan selebihnya biar semesta saja yang bekerja. Baik buruknya jalan yang akan dihadapi nantinya itu urusan Tuhan, kita hanya menjalankan. Bukankah Tuhan juga yang tahu persis kebahagiaan mana yang baik untuk kita. Lalu kenapa kita mesti ragu akan ketetapan-NYA?
Mei,
rasanya seperti saya terlahir kembali. Seketika sapa indah itu perlahan mulai datang.
Ia begitu indah, sangat indah. Naluriku terus saja bergerak mengingatnya,
mengingat setiap bagian yang melekat dalam raganya. Bagimana bisa kamu
melakukannya? Setiap hal yang terjadi dalam perjalananku kali ini, hanya kamu
yang terbawa. Apa mungkin kamu ini nyata? Atau hanya ilusi yang ku cipta? Perlahan
mata ini terpejam, memikirkan apa yang sebenarnya semesta rencanakan.
Kemarilah,
bawa saya pergi kemana jawaban ini kan terjadi. Temukan saya dalam kebahagiaan yang
abadi. Kemarilah, tarik saya menuju cakrawala bumi ini. Tatkala keindahan ini
kan muncul setiap hari. Saya terus saja mencari, mencari jawaban-jawaban yang
kian mengelabuhi batin ini.
Bisikan
aku pada setiap perkataanmu. Agar aku tahu jalan untuk berlabu,
Hahahahahah...... Itu saja yang saya tahu tentangmu, saya juga tidak mengerti
bagaimana kamu bisa sejauh ini. Setiap jalan yang ku lalui, memberi arti kenangan
tersendiri mengenai sosok tentangmu. Garis pipi ini mulai melebar, memberikan
isyarat padamu, betapa bahagia ini selalu merangkulku setiap kali jemari ini bergerak
lembut menuliskan aliterasi terhadapmu.
Tik.......tik....tik.....tikkkk......
suara ini terus saja mengema. Bukan hujan ataupun itik. Namun suara mesin yang
selama ini memberikan saya banyak ingatan yang mungkin saja kan pergi. Iya
benar, mesin elektronikku ini berguna sekali, ia menyimpan banyak memori-memori
otak yang kadang tak sempat ku ingat. Kadang saya pun binggung harus
menceritakan hal apa lagi untuk membuat sebuah kenangan manis yang pernah
terjalin, menuliskan kisah sejarah bertemunya ‘Insan Tuhan’ dengan ‘Sang Pena Keajaiban’.
Saya
tidak pernah mengira sebelumnya bahwa semesta menuntun saya menuju perasaan
sedalam ini. Begitu dalamnya hingga saya terbawa pada negeri yang mengajarkan
arti penderitaan dan kekecewaan diri. Mereka mengajariku banyak hal tentang
kehidupan. Bukan soal orang lain, namun tetang diri sendiri. Iya, diri saya. Begitu
hebatnya diri kamu melewati semuanya sendiri, apa kamu tidak sadar? Berapa jurang
penderitaan yang berhasil terkalahkan? Masih saja kamu anggap lemah? Bodoh!!!!!!!
Pandang sekali lagi cermin itu, siapa yang selalu berdiri tegak disampingmu? Siapa
yang tidak pernah meninggalkanmu? Siapa yang selalu berusaha memperbaiki hati
disaat kekacauan emosi terjadi? “Ruhmu”. Milik siapa itu? “Tuhanmu”..... Diberikan
untuk siapa? “Untukmu”. Benar kamu diberi kendali penuh untuk itu. Sadarlah
betapa baiknya Tuhan memerikan kendali itu, namun apa yang kau lakukan? “Dengan
mudahnya rasa menyerah itu kau junjung tinggi-tinggi, menyalahkan keadaan yang
terjadi.”
Berterima kasihlah, mungkin itu kata yang paling sempurna dari saya, pun untuk saya. Karena bagaimanapun tak ada yang lebih baik selain menerima keadaan diri apapun yang terjadi. Pesanku untukmu, temukanlah orang yang benar-benar membuatmu bahagia dalam menjalani hidup kedepannya. Bukan sosok yang sempurna, namun yang bisa menjadikan ketidaksempurnaan menjadi hal yang kau suka. Bukan karena perintah, namun karena tuntunan perasaan dan hati. Dan ingat, saat kamu kecewa jangan pernah menyalahkan orang lain untuk itu, cobalah melihat diri. Mungkin saja kesalahan itu ada padamu, mungkin saja kecewa itu terbentuk karena harapan tertinggimu. Maka hiburlah dirimu, menangislah jika itu membuatmu tenang, berteriaklah jika itu melepaskan beban, dan berlarilah jika itu membantumu menemukan jalan keikhlasan. Itu jauh lebih mulia, dibandingkan sibuk mencari kesalahan lain disekitar. Semangatttt.... kamu kuat, kamu hebat.
Untuk
insan Tuhan yang sedang merayakan kebahagiaan, untuk waktu dimana kehadiran itu
berasal, terima kasih. Hari ini aku menuliskan beberapa hal yang membuat detak
dalam diriku tak ingin berhenti bergejolak. Entahlah namun setiap kehadiran
yang kau buat membuat nafas ini seolah-olah diajak berlomba lari, udara dalam
paru-paruku seketika menerima sinyal, tubuhku
merespon dengan sigap sepertinya benar nafas ini sedikit terengah-engah. Dadaku
rasanya ingin meletup tanpa sebab. Reaksi apa ini? Mengapa datang secepat ini? Aku
tak mengerti, mengapa perasaan ini makin tumbuh dan menyemi. Sebenarnya pupuk apa
yang kau berikan? Mengapa terus saja memekarkan bunga kesenangan. Jangan-jangan
kamulah kebahagiaan tanpa alasan. Sebab seseorang yang menjadi prioritas tidak
akan pernah meminta alasan.
***
Sore
untuk kemilau
Sinarmu selalu menampakkan diri
Setiap kali hadir ini kutemui,
Terima kasih untuk setiap detik kehidupan,
Hadirmu selalu memberi warna
tersendiri,
Membuat rinduku terasa nyata
menghampiri
Selasa, 5 Mei 2020
A.R
Berada pada tempat dimana rindu itu
menemui majikannyaJ
Hmmmmm......
Sedikit bercerita mengenai isi puisi “Insan Tuhan”. Puisi tersebut tercipta berkat ‘Insan Tuhan’ yang selama ini menjadi inspirator bagi saya sendiri. Iya, dia sedang merayakan hari baik. Hari dimana berpuluh-puluh tahun yang lalu ia dilahirkan. Hari yang semua orang selalu nantikan. Hari dimana lantunan do’a begitu deras terlontarkan. Namun dihari itu pula saya tidak mampu memberinya sebuah ucapan kebahagiaan. Bukan karena tak mau, hanya saja situasi saat itu berubah. Ingin, namun tak mampu. Dari sanalah puisi ini ada, diciptakan dengan begitu banyak balutan rasa. Dari cerita-ceritanya, dari keluh-kesah hatinya, dari kesakitan yang pernah dirasa, terlantunlah sepucuk do’a dan harapan penulis untuknya. Pesannya “Dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun keadaannya sekarang, tetap jaga kesehatan” semangat. Untuk kamu yang jauh disana.